http://samkhaf.blogspot.com/2011/04/eksklusivisme-intelektual.html |
1.
PENGERTIAN INTELEK
Istilah
intelek berasal dari bahasa Inggris intellect yang menurut Chaplin (1981)
diartikan sebagai :
1.
Proses kognitif, proses berpikir, daya
menghubungkan, kemampuan
menilai, dan kemampuan mempertimbangkan;
menilai, dan kemampuan mempertimbangkan;
2.
Kemampuan mental atau itelegensi.
Menurut
Mahfudin Shalahudin (1989) dinyatakan bahwa “intelek” adalah akal budi atau
inteligensi yang berarti kemampuan untuk meletakkan hubungan dari proses
berfikir. Selanjutnya, dikatakan bahwa orang yang intelligent adalah orang yang
dapat menyelesaikan persoalan dalam waktu yang lebih singkat, memahami
masalahnya lebih cepat dan cermat, serta mampu bertindak cepat.
Menurut
William Stern, salah seorang pelopor dalam penelitian inteligensi, menyatakan
inteligensi adalah kemampuan untuk menggunakan secara tepat alat-alat bantu dan
pikiran guna dan pikiran guna menyesuaikan diri terhadap tuntutan-tuntutan baru.
Sedangkan Leis Hedison Terman berpendapat bahwa inteligensi adalah kesanggupan
untuk belajar secara abstrak. Di sini Terman membedakan antara concrete ability
yaitu kemampuan yang berhubungan dengan hal-hal yang bersifat konkret abstract
ability, yaitu kemampuan yang bersifat abstrak. Orang dikatakan inteligen,
menurut Terman, jika orang tersebut mampu berpikir abstrak dengan baik.
Berdasarkan
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian intelek tidak berbeda dengan
pengertian inteligensi yang memiliki arti kemampuan untuk melakukan
abstraksi,serta berpikir logis dan cepat sehingga dapat bergerak dan
menyesuaikan diri terhadap situasi baru.
2.
HUBUNGAN ANTARA INTELEK DAN TINGKAH LAKU
Kemampuan
berpikir abstrak menunjukkan perhatian seseorang pada kejadian dan peristiwa
yang tidak konkrit, seperti pilihan pekerjaan, corak hidup bermasyarakat,
pilihan pasangan hidup yang sebenarnya masih jauh di depannya, dan lain-lain.
Bagi remaja, corak perilaku pribadinya di hari depan dan corak tingkah lakunya
sekarang akan berbeda. Kemampuan abstraksi akan berperan dalam perkembangan
kepribadiannya. Mereka dapat memikirkan prihal itu sendiri. Pemikiran itu
terwujud dalam refleksi diri, yang sering mengalah ke penilaian tentang dirinya
tidak selalu diketahui orang lain, bahkan sering terlihat usaha seseorang untuk
menyembunyikan atau merahasiakannya.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terjadi adanya pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dan teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang tua. Setiap pendapat orang tua dibandingkan dengan teori yang diikuti atau diharapkan. Sikap kritis ini juga ditunjukkan dalam hal-hal yang sudah umum baginya pada masa sebelumnya, sehingga tata cara, adat istiadat yang berlaku di lingkungan keluarga sering terjadi adanya pertentangan dengan sikap kritis yang tampak pada perilakunya.
Egosentrisme
menyebabkan kekakuan para remaja dalam berpikir dan bertingkah laku. Persoalan
yang timbul pada masa remaja adalah banyak berhubungan dengan pertumbuhan fisik
yang dirasakan mencekam dirinya, karena menyangka orang lain berpikiran sama
dan ikut tidak puas dengan penampilannya. Hal ini menimbulkan perasaan
seolah-olah selalu diamati orang lain, perasaan malu dan membatasi
gerak-geriknya. Akibat dari hal ini akan terlihat pada tingkah laku yang kaku.
Melalui
banyak pengalaman dan penghayatan kenyataan serta dalam menghadapi pendapat
orang lain, maka egosentrisme makin berkurang. Pada akhir masa remaja, pengaruh
egosentrisme sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berpikir
abstrak dengan mengikutsertakan pendapat dan pandangan orang lain.
3.
KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN INTELEKTUAL
REMAJA
Piaget
membangi empat tahapan perkembangan intelektual/ kognitif, yaitu (1) tahap
sensori motoris, (2) tahap praoperasional, (3) tahap operasional konkret dan
(4) tahap operasional formal. Setiap tahapan memiliki karakteristik tersendiri
sebagai perwujudan kemampuan intelek individu sesuai dengan tahap
perkembangannya.
Adapun
karakteristik setiap tahapan perkembangan intelek tersebut adalah sebagai
berikut :
1.Karakteristik
Tahap Sensori-Motoris
Tahap
sensori-motoris ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :
a)
Segala tindakannya masih bersifat
naluriah
b)
Aktivitas pengalaman didasarkan terutama
pada pengalaman indra
c)
Individu baru mampu melihat dan meresapi
pengalaman, tetapi belum mampu untuk mengategorikan
pengalaman
d)
Individu mulai belajar menangani
objek-objek konkret melalui skema-skema sensori-motorisnya.
Sebagai upaya lebih memperjelas
karakteristik tahap sensori-motoris ini, Piaget
merinci lagi tahap sensori-motoris ke dalam enam fase dan setiap fase
memiliki karakteristik tersendiri.
a.
Fase pertama (0-1 bulan) memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a)
Individu mampu bereaksi secara refleks
b)
Individu mampu menggerak-gerakkan
anggota badan meskipun belum terkoordinir
c)
Individu mampu mengasimilasi dan
mengakomodasikan berbagai pesan yang diterima dari lingkungannya.
b.
Fase kedua (1-4 bulan) memiliki
karakteristik bahwa individu mampu memperluas skema yang dimilikinya
berdasarkan hereditas
c.
Fase ketiga (4-8 bulan) memiliki
karakteristik bahwa individu mulai dapat memahami hubungan antara perlakuannya
terhadap benda dengan akibat yang terjadi pada benda itu.
d.
Fase keempat (8-12 bulan) memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a)
Individu mampu memahami bahwa benda
tetap ada meskipun untuk sementara waktu hilang dan akan muncul lagi di waktu
lain.
b)
Individu mulai mampu mencoba sesuatu
c)
Individu mampu menentukan tujuan
kegiatan tanpa tergantung kepada orangtua
e.
Fase kelima (12-18 bulan) memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a) Individu mulai mampu untuk meniru
b) Individu mampu untuk melakukan berbagai
percobaan terhadap lingkungannya secara lebih lancar
f.
Fase keenam (18-24 bulan) memiliki
karakteristik sebagai berikut :
a)
Individu mulai mampu untuk mengingat dan
berpikir
b)
Individu mampu untuk berpikir dengan
menggunakan simbol-simbol bahasa sederhana
c)
Individu mampu berpikir untuk memecahkan
masalah sederhana sesuai dengan tingkat perkembangannya
d)
Individu mampu memahami diri sendiri
sebagai individu yang sedang berkembang
2.
Karakteristik Tahap Praoperasional
Tahap
praoperasional ditandai dengan karakteristik menonjol sebagai berikut :
a)
Individu telah mengkombinasikan dan
mentrasformasikan berbagai informasi
b)
Individu telah mampu mengemukakan
alasan-alasan dalam menyatakan ide-ide
c)
Individu telah mengerti adanya hubungan
sebab akibat dalam suatu peristiwa konkret, meskipun logika hubungan sebab
akibat belum tepat
d)
Cara berpikir individu bersifat
egosentris ditandai oleh tingkah laku :
1) berpikir imajinatif
1) berpikir imajinatif
2) berbahasa egosentris
3) memiliki aku yang tinggi
4) menampakkan dorongan ingin tahu yang
tinggi dan
5) perkembangan bahasa mulai pesat.
3. Karakteristik Tahap Operasional Konkret
Tahap
operasional konkret ditandai dengan karakteristik menonjol bahwa segala sesuatu
dipahami sebagaimana yang tampak saja atau sebagaimana kenyataan yang mereka
alami. Jadi, cara berpikir individu belum menangkap yang abstrak meskipun cara
berpikirnya sudah tampak sistematis dan logis. Dalam memahami konsep, individu
sangat terikat kepada proses mengalami sendiri. Artinya, mudah memahami konsep
kalau pengertian konsep itu dapat diamati atau melakukan sesuatu yang berkaitan
dengan konsep tersebut.
4. Karakteristik Tahap Operasional Formal
Tahap operasional formal ditandai dengan
karakteristik menonjol sebagai berikut :
a) Individu
dapat mencapai logika dan rasio serta dapat menggunakan abstraksi
b) Individu
mulai mampu berpikir logis dengan objek-objek yang abstrak
c) Individu
mulai mampu memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat hipotesis
d) Individu
bahkan mulai mampu membuat perkiraan (forecasting) di masa depan
e) Individu
mulai mampu untuk mengintrospeksi diri sendiri sehingga kesadaran diri sendiri
tercapai
f) Individu
mulai mampu membayangkan peranan-peranan yang akan diperankan sebagai orang
dewasa
g) Individu
mulai mampu untuk menyadari diri mempertahankan kepentingan masyarakat di
lingkungannya dan seseorang dalam masyarakat tersebut.
4.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
INTELEKTUAL
Dalam
hubungannya dengan perkembangan intelegensi atau kemampuan berpikir remaja, ada
yang berpandangan bahwa suatu kekeliruan jika IQ dianggap bisa ditingkatkan,
yang walaupun perkembangan IQ dipengaruhi antara lain oleh faktor-faktor
lingkungan. Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan intelek, antara lain
bertambahnya informasi yang disimpan dalam otak seseorang sehingga mampu
berpikir refleksif, banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan
masalah, dan adanya perbedaan berpikir yang menimbulkan keberanian seseorang
dalam menyusun hipotesis-hipotesis yang radikal, serta menunjang keberanian
anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar.
Mengenai
konstan tidaknya intelegensi dalam waktu akhir-akhir ini masih merupakan
diskusi yang terbuka. Dari hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa intelegensi
itu sama sekali tidak sekonstan yang diduga sebelumnya. Penelitian longitudinal
selama 40 tahun dalam Institut Fels menunjukkan adanya pertambahan rata-rata IQ
sebanyak 28 butir antara usia 5 dan 17 tahun yang berarti kira-kira sama dengan
usia pendidikan di sekolah atau dipekerjaan.
Menurut hasil
penelitian Piaget, ada 4 faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan
intelektual (mental) anak, yaitu:
1. Kematangan (maturation). Perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan proses perubahan fisiologis dan anatomis akan mempengaruhi perkembangan kognitif. Faktor kedewasaan atau kematangan ini berpengaruh pada perkembangan intelektual tapi belum cukup menerangkan perkembangan intelektual.
2. Pengalaman Fisik (Physical Experience). Pengalaman fisik terjadi karena anak berinteraksi dengan lingkungannya. Tindakan fisik ini memungkinkan anak dapat mengembangkan aktivitas dan gaya otak sehingga mampu mentransfernya dalam bentuk gagasan atau ide. Dari pengalaman fisik yang diperoleh anak dapat dikembangkan menjadi matematika logika. Dari kegiatan meraba, memegang, melihat, berkembang menjadi kegiatan berbicara, membaca dan menghitung.
3. Pengalaman Sosial (Social Experience). Pengalaman sosial diperoleh anak melalui interaksi sosial dalam bentuk pertukaran pendapat dengan orang lain, percakapan dengan teman, perintah yang diberikan, membaca, atau bentuk lainnya. Dengan cara berinteraksi dengan orang lain, lambat laun sifat egosentris berkurang. Ia sadar bahwa gejala dapat didekati atau dimengerti dengan berbagai cara. Melalui kegiatan diskusi anak akan dapat memperoleh pengalaman mental. Dengan pengalaman mental inilah memungkinkan otak bekerja dan mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan persoalan. Di samping itu pengalaman sosial dijadikan landasan untuk mengembangkan konsep-konsep mental seperti kerendahan hati, kejujuran, etika, moral, dan sebagainya.
1. Kematangan (maturation). Perkembangan sistem saraf sentral, otak, koordinasi motorik, dan proses perubahan fisiologis dan anatomis akan mempengaruhi perkembangan kognitif. Faktor kedewasaan atau kematangan ini berpengaruh pada perkembangan intelektual tapi belum cukup menerangkan perkembangan intelektual.
2. Pengalaman Fisik (Physical Experience). Pengalaman fisik terjadi karena anak berinteraksi dengan lingkungannya. Tindakan fisik ini memungkinkan anak dapat mengembangkan aktivitas dan gaya otak sehingga mampu mentransfernya dalam bentuk gagasan atau ide. Dari pengalaman fisik yang diperoleh anak dapat dikembangkan menjadi matematika logika. Dari kegiatan meraba, memegang, melihat, berkembang menjadi kegiatan berbicara, membaca dan menghitung.
3. Pengalaman Sosial (Social Experience). Pengalaman sosial diperoleh anak melalui interaksi sosial dalam bentuk pertukaran pendapat dengan orang lain, percakapan dengan teman, perintah yang diberikan, membaca, atau bentuk lainnya. Dengan cara berinteraksi dengan orang lain, lambat laun sifat egosentris berkurang. Ia sadar bahwa gejala dapat didekati atau dimengerti dengan berbagai cara. Melalui kegiatan diskusi anak akan dapat memperoleh pengalaman mental. Dengan pengalaman mental inilah memungkinkan otak bekerja dan mengembangkan cara-cara baru untuk memecahkan persoalan. Di samping itu pengalaman sosial dijadikan landasan untuk mengembangkan konsep-konsep mental seperti kerendahan hati, kejujuran, etika, moral, dan sebagainya.
4. Keseimbangan (Equilibration). Keseimbangan merupakan suatu proses untuk mencapai tingkat fungsi kognitif yang semakin tinggi. Keseimbangan dapat dicapai melalui asimilasi dan akomodasi. Asimilasi menyangkut pemasukan informasi dari luar (lingkungan) dan menggabungkannya dalam bagan konsep yang sudah ada padaotak anak. Akomodasi menyangkut modifikasi bagan konsep untuk menerima bahan dan informasi baru.
5.
PERBEDAAN INDIVIDUAL DALAM PERKEMBANGAN
INTELEKTUAL
Secara
hereditas, individu memiliki potensi yang dapat menyebabkan perbedaan dalam
perkembangan berpikir mereka. Berkembang atau tidaknya potensi tersebut
tergantung pada lingkungan. Ini berarti bahwa apakah anak akan mempunyai
kemampuan berpikir normal, di atas normal atau di bawah normal sangat
tergantung pada lingkungan.
Manusia
memiliki perbedaan satu sama lain dalam berbagai aspek, antara lain dalam
bakat, minat, kepribadian, keadaan jasmani, keadaan sosial dan juga
inteligensinya. Perbedaan itu akan tampak jika diamati dalam proses belajar
mengajar di dalam kelas. Ada peserta didik yang cepat, ada yang lambat dan ada
pula yang sedang dalam penguasaan materi pelajaran. Ada siswa yang tingkah
lakunya baik dan ada pula siswa yang kurang baik.
Perbedaan
individu dalam perkembangan intelek menunjuk kepada perbedaan dalam kemampuan
dan kecepatan belajar. Perbedaan-perbedaan individual peserta didik akan
tercermin pada sifat-sifat atau ciri-ciri mereka dalam kemampuan, keterampilan,
sikap dan kebiasaan belajar, serta kualitas proses dan hasil belajar baik dari
segi ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
6.
UPAYA MEMBANTU PERKEMBANGAN INTELEK DAN
IMPLIKASINYA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Ikhtiar
pendidikan, khususnya melalui proses pembelajaran, guru mengembangkan kemampuan
intelektual peserta didik adalah kesadaran pendidik terhadap kemampuan
intelektual setiap peserta didik harus dipupuk dan dikembangkan agar potensi
yang dimiliki setiap individu terwujud sesuai dengan perbedaan masing-masing.
Menurut Conny Semiawan (1984), penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif bagi
pengembangan kemampuan intelektual anak yang di dalamnya menyangkut keamanan
psikologis dan kebebasan psikologis merupakan faktor yang sangat penting.
Kondisi psikologis yang perlu diciptakan
agar peserta didik merasa aman secara psikologis sehingga mampu mengembangkan
kemampuan intelektualnya adalah sebagai berikut :
1.
Pendidik menerima peserta didik secara
positif sebagaimana adanya tanpa syarat (unconditional positive regard).
Artinya, apapun keberadaan peserta didik dengan segala kekuatan dan
kelemahannya harus diterima dengan baik, serta memberi kepercayaan padanya
bahwa pada dasarnya setiap peserta didik memiliki kemampuan intelektual yang
dikembangkan secara maksimal.
2.
Pendidik menciptakan suasana dimana
peserta didik tidak merasa terlalu dinilai oleh orang lain. Memberi penilaian
terhadap peserta didik dengan berlebihan dapat dirasakan sebagai ancaman
sehingga menimbulkan kebutuhan pertahanan diri. Memang kenyataannya, pemberian
penilaian tidak dapat dihindarkan dalam situasi sekolah, tetapi paling tidak
harus diupayakan agar penilaian tidak mencemaskan peserta didik, melainkan
menjadi sarana yang dapat mengembangkan sikap kompetitif secara sehat.
3.
Pendidik memberikan pengertian dalam
arti dapat memahami pemikiran, perasaan dan perilaku peserta didik, dapat
menempatkan diri dalam situasi peserta didik, serta melihat sesuatu dari sudut
pandang mereka (empathy). Dalam suasana seperti ini, peserta didik akan merasa
aman untuk mengembangkan dan mengemukakan pemikiran atau ide-idenya.
4.
Memberikan suasanan psikologis yang aman
bagi remaja untuk mengemukakan pikiran-pikirannya sehingga terbiasa berani
mengembangkan pemikirannya sendiri. Disini berusaha menciptakan keterbukaan
(opennes), kehangatan (warmness), dan kekonkretan (concereteness).
Anak
atau remaja akan merasakan kebebasan psikologis jika orangtua dan guru memberi
kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan pikiran atau perasaannya. Sebagai
makhluk sosial, mengungkapkan pikiran dan perasaan dalam tindakan yang
merugikan orang lain atau merugikan lingkungan tidaklah dibenarkan. Hidup dalam
masyarakat menuntut untuk mengikuti aturan-aturan dan norma-norma yang berlaku.
Teori
Piaget mengenai pertumbuhan kognitif sangat erat dan penting hubungannya dengan
umur serta perkembangan moral. Konsep tersebut menunjukkan bahwa aktivitas
adalah sebagai unsur pokok dalam pertumbuhan kognitif. Pengalaman belajar yang
aktif cenderung untuk memajukan pertumbuhan kognitif, sedangkan pengalaman
belajar yang pasif dan hanya menikmati pengalaman orang lain saja akan
mempunyai konsekuensi yang minimal terhadap pertumbuhan kognitif termasuk
perkembangan intelektual.
Penting
bagi pendidik untuk mengetahui isi dan ciri-ciri dari setiap tahap perkembangan
kognitif peserta didiknya sehingga dapat mengambil keputusan tindak edukatif
yang tepat. Dengan demikian, dapat dihasilkan peserta didik yang memahami
pengalaman belajar yang diterimanya. Menyesuaikan sistem pengajaran dengan
kebutuhan peserta didik merupakan jalan untuk meninggalkan prinsip lama, yaitu
guru tinggal menunggu sampai peserta didik siap sendiri, kemudian baru diberi
pelajaran. Sekarang tidak demikian keadaannya.
Model
pendidikan yang aktif adalah model yang tidak menunggu sampai peserta didik
siap sendiri, tetapi sekolahlah yang mengajar lingkungan belajar sedemikian
rupa sehingga dapat memberi kemungkinan maksimal pada peserta didik untuk
berinteraksi. Dengan lingkungan yang penuh rangsangan untuk belajar tersebut,
proses pembelajaran yang aktif akan terjadi sehingga mampu membawa peserta
didik untuk maju ke taraf / tahap berikutnya.
Perkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
tidakk
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusY
BalasHapusG
HapusIzin copas untuk tambahan materi ya🙏
BalasHapuskenalan dong ahaha
BalasHapusMakasih
BalasHapus